Bandara Kemayoran dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada akhir 1930-an dan resmi beroperasi pada tahun 1940. Saat itu, keberadaan bandara tersebut bertujuan melayani penerbangan internasional dan domestik yang semakin berkembang di wilayah Asia Tenggara. Maskapai-maskapai seperti KLM dan KNILM menjadikan Kemayoran sebagai hub penting.
Kemayoran dirancang dengan konsep modern pada masanya, dengan runway yang mampu didarati pesawat besar dan terminal penumpang berarsitektur khas Eropa kolonial. Lokasinya yang strategis di tengah Batavia membuatnya menjadi pintu masuk udara utama Hindia Belanda.

1.2 Bandara Internasional Pertama Republik Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, Bandara Kemayoran menjadi simbol kedaulatan di bidang transportasi udara. Dari sinilah pesawat-pesawat militer dan sipil Indonesia terbang ke mancanegara membawa misi diplomatik dan niaga. Bandara ini juga menjadi saksi momen bersejarah seperti kedatangan tamu negara dan rombongan diplomatik pertama dari luar negeri.
Kemayoran menjadi bandara utama Indonesia selama lebih dari empat dekade, sebelum akhirnya digantikan oleh Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.
BAB 2: Masa Keemasan – Pusat Aktivitas Aviasi Asia Tenggara
2.1 Kemayoran dalam Era Emas 1950–1970
Pada era 1950-an hingga 1970-an, Kemayoran menjadi landasan utama bagi pertumbuhan sektor aviasi nasional. Maskapai Garuda Indonesia memusatkan aktivitasnya di sini. Maskapai asing seperti Pan Am, Air France, Qantas, hingga Singapore Airlines mendarat dan lepas landas dari Kemayoran.
Suasana bandara saat itu sangat semarak. Terminal penumpang selalu sibuk, dengan area duty-free, restoran, dan lounge VIP. Selain itu, hanggar perawatan pesawat, tower kontrol modern, dan fasilitas navigasi menjadi bukti kemajuan Indonesia dalam dunia penerbangan.
2.2 Fungsi Militer dan Strategi Pertahanan
Bandara Kemayoran juga memiliki fungsi militer penting. TNI AU menggunakan sebagian fasilitasnya untuk kepentingan operasi udara. Penerbangan pengintaian, latihan tempur, dan logistik udara dilakukan dari dan ke Kemayoran. Perannya semakin vital saat konflik-konflik regional seperti konfrontasi dengan Malaysia.
BAB 3: Penutupan Kemayoran – Dari Hiruk-Pikuk ke Hening
3.1 Munculnya Rencana Pengganti: Soekarno-Hatta
Pertumbuhan populasi Jakarta dan kebutuhan bandara yang lebih besar mendorong pemerintah Orde Baru untuk membangun bandara baru. Bandara Soekarno-Hatta mulai dibangun pada 1980-an dan diresmikan pada 1985. Kemayoran secara resmi ditutup pada 31 Maret 1985.
Penerbangan domestik terakhir dari Kemayoran menuju Semarang. Sejak saat itu, semua aktivitas sipil dan militer dipindahkan ke Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta.
3.2 Masa Transisi dan Kekosongan Fungsi
Pasca-penutupan, aset lahan Bandara Kemayoran dialihkan ke pemerintah pusat melalui PT PPK (Pusat Pengelolaan Komplek) Kemayoran. Sayangnya, perencanaan tata guna lahan tidak segera ditindaklanjuti secara konsisten, menyebabkan area tersebut mengalami degradasi fungsi secara perlahan.
BAB 4: Sisa-Sisa Kemegahan – Jejak yang Masih Tersisa
4.1 Menara Kontrol yang Ikonik
Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh adalah menara kontrol bandara. Struktur ini menjadi ikon Kemayoran yang kini dikelilingi gedung-gedung perkantoran dan perumahan baru. Walau tak lagi berfungsi, menara ini menjadi saksi bisu perubahan zaman.
4.2 Sisa Landasan Pacu
Sebagian bekas runway masih bisa ditemukan, meskipun sudah ditumbuhi ilalang atau dialihfungsikan menjadi jalan umum. Beberapa bagian bahkan menjadi jalur lari komunitas atau tempat balap liar. Tidak sedikit yang menjadikannya latar foto atau dokumentasi sejarah.
4.3 Bangunan Terminal yang Hilang Identitas
Bangunan terminal lama telah dirubuhkan sebagian besar. Hanya fondasi dan bentuk dasar yang tersisa. Beberapa bagian dijadikan gudang dan kantor kecil. Nilai historisnya perlahan memudar tanpa upaya pelestarian konkret.
BAB 5: Proyek Revitalisasi yang Tak Kunjung Rampung
5.1 Masterplan Kawasan Kemayoran
Sejak tahun 1990-an, pemerintah telah beberapa kali mengajukan rencana pengembangan kawasan Kemayoran. Mulai dari kawasan bisnis terpadu, perumahan elit, pusat konvensi, hingga ruang terbuka hijau. Namun, realisasi dari masterplan tersebut selalu berjalan lambat.
5.2 Dibangun tapi Tak Terurus
Beberapa proyek memang sempat dibangun, seperti JIExpo Kemayoran, hotel-hotel besar, dan apartemen mewah. Tetapi di antara proyek besar itu, banyak juga lahan kosong tak terurus, bangunan setengah jadi, hingga semak belukar yang mengelilingi bekas landasan pacu.
5.3 Kendala Hukum dan Tata Ruang
Salah satu hambatan terbesar adalah status hukum tanah yang tumpang tindih dan belum jelas. Banyak investor mundur karena persoalan kepemilikan, tumpang tindih perizinan, serta ketidakjelasan arah kebijakan dari otoritas pusat dan daerah.
BAB 6: Kemayoran dalam Ingatan Kolektif dan Budaya Pop
6.1 Kemayoran di Film dan Musik
Bandara Kemayoran tak hanya penting secara teknis, tetapi juga kultural. Lagu-lagu lama Betawi seperti “Jali-Jali” dan “Kemayoran” menyebut kawasan ini sebagai simbol modernitas. Film lawas Indonesia juga menjadikan bandara ini sebagai latar cerita petualangan luar negeri.
6.2 Warisan Budaya yang Terlupakan
Seharusnya Kemayoran dapat diangkat sebagai situs cagar budaya nasional. Sebagai bandara internasional pertama RI, tempat bersejarah kedatangan pemimpin dunia, ia memiliki nilai histori tinggi yang bisa menjadi warisan generasi masa depan.
Sayangnya, perhatian terhadap pelestarian ini masih minim. Upaya-upaya komunitas sejarah dan aviasi belum mendapat dukungan konkret dari pemerintah.
BAB 7: Potensi Masa Depan – Kemayoran Sebagai Kawasan Ikonik Jakarta
7.1 Kawasan Sejarah dan Edukasi
Salah satu ide yang berkembang adalah menjadikan sebagian area bekas Bandara Kemayoran sebagai museum aviasi Indonesia. Ini akan menciptakan ruang edukatif sekaligus pelestarian sejarah yang dapat menarik wisatawan domestik dan internasional.
7.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Ruang Publik
Kemayoran bisa menjadi pusat seni, budaya, dan ekonomi kreatif. Dengan memanfaatkan lahan terbuka dan sisa-sisa bangunan lama, pemerintah bisa menghidupkan kembali kawasan ini tanpa menghilangkan nilai historisnya. Taman kota, galeri seni, dan ruang interaksi publik akan membawa kehidupan baru ke area yang mati suri.
7.3 Pelibatan Masyarakat dan Dunia Usaha
Kunci revitalisasi Kemayoran adalah kolaborasi multi-pihak: pemerintah pusat, Pemprov DKI Jakarta, investor swasta, dan masyarakat. Tanpa sinergi yang kuat, kawasan ini akan terus berada dalam ketidakpastian.
BAB 8: Harapan untuk Bandara Kemayoran
Kemayoran bukan sekadar nama atau kawasan, melainkan cerminan sejarah Indonesia dalam merintis kedaulatan di udara. Dari titik ini, Indonesia membangun jejaring diplomasi, perdagangan, dan pertahanan. Kini, ketika jejak sejarah itu hampir terhapus oleh debu dan waktu, kita dituntut untuk mengingat, merawat, dan membangun kembali semangat yang pernah hidup di atas landasan itu.
Kemayoran masih menyimpan potensi besar—baik sebagai kawasan komersial, sejarah, maupun ruang hijau modern. Namun sebelum semua itu terjadi, satu hal yang dibutuhkan adalah komitmen. Komitmen untuk tidak melupakan sejarah. Komitmen untuk menjaga warisan bangsa.
Penutup:
Bandara Kemayoran adalah monumen diam dari masa lalu yang berbicara banyak tentang jati diri bangsa. Meski kini terbengkalai, ia masih berdiri menunggu bangsa ini sadar dan bersedia menyalakan kembali semangat pembangunan berbasis sejarah. Tidak semua landasan harus untuk lepas landas, sebagian perlu dijadikan tempat berpijak dan mengenang.
Baca Juga : Israel Serang Depot Bahan Bakar di Teheran, Netanyahu: Jalan Menuju Iran Telah Terbuka